Jumat, 29 April 2011

Menghafal Al-Qur'an Melindungi dari Stress

Al-Qur’an sudah mulai dihafal sejak pertama kali diturunkan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menerima ayat-ayat Al-Qur’an dari Jibril a.s secara lisan karena beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang ummi atau tidak bisa tulis baca, sehingga beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam menghafal ayat-ayat yang diturunkan. dan proses penghafalan Al-Qur’an itu terus ada sampai zaman ini, karena memang hafalan Al-Qur’an adalah salahsatu cara untuk menjaga Al-Qur’an dari kepunahan. akan tetapi ketika kita membaca atau menghafal Al-Qur’an bukan hanya untuk keren-kerenan saja, tapi juga harus disertai kesiapan untuk mentadabburi isinya untuk kemudian kita amalkan, hal ini karena begitu banyaknya Keutamaan para penghafal Al-Qur’an yang bisa kita lihat dari beberapa hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya menyatakan penghormatan dan kedudukan yang tinggi bagi para penghafal Al-Qur’an, hadiah yang disediakan bagi para penghafal Al-Qur’an ataupun jaminan kehidupan yang baik bagi penghafal Al-Quran. semua keutamaan itu tidak akan diperoleh kalau Al-Qur’an itu tidak ditadabburi. dan salahsatu efek dari penghayatan atau pentadabburan Al-Qur’an itu  adalah bahwa Al-Qur’an bisa mengatasi rasa depresi atau stress yang dialami oleh sang penghafalnya.. bagaimana itu bisa terjadi dan apa kaitan alqur’an dengan kejiwaan seseorang..?? ikuti paparannya di Info sehat edisi kali ini, selamat menyimak……

Kondisi jaman yang serba sulit seperti sekarang ini, hampir membuat semua orang di dunia ini terjangkit penyakit stres. Tengoklah rumah sakit jiwa yang tersebar diberbagai daerah. Kita akan menemukan angka peningkatan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Dan sesungguhnya, stres tidak hanya disebabkan oleh peristiwa buruk yang menimpa, akan tetapi, Semua perubahan yang berhubungan dengan fisik dan jiwa seseorang pun, dapat menyebabkan stres.

Sebenarnya stres itu merupakan reaksi tubuh yang alami. Hampir sama dengan reaksi spontan tubuh lain, seperti reaksi tubuh saat menghindar dari panas, atau kita berselimut ketika hawa dingin menerpa tubuh kita.

Memang, ada stres yang membahayakan yaitu stress berat yang dapat berdampak pada depresi dan pada akhirnya sakit jiwa. Pertanyaannya sekarang adalah, adakah manfaat stress?…. Saya jawab ada, karena semua yang diciptakan Alloh tidak ada yang sia-sia, tak terkecuali hal yang buruk. Stres yang baik sangat berguna karena dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih tangguh menghadapi tantangan hidup. Nah, yang perlu diwaspadai adalah stress berat yang dapat mengakibatkan kegilaan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa hampir semua penyakit yang diderita oleh manusia, muaranya disebabkan oleh stress. Kondisi jiwa yang tertekan dapat membuat sirkulasi darah dan metabolisme menjadi tidak sempurna, sehingga membuat kita sakit. Pada dasarnya, kita tidak perlu merasa khawatir dengan stress karena kita mempunyai obat penenang bernama “dzikir”, yaitu mengingat Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Dalam surat Ar-Rod ayat 28, Alloh mengingatkan:

”Ingatlah, Hanya dengan mengingat Allah-lah, hati menjadi tentram.”

Salah satu cara mengingat Alloh, dan ini merupakan dzikir yang paling agung, adalah membaca dan menghafal alqur’an, lalu memahami kandungannya, mengamalkan dan mendakwahkannya. Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan, diyakini bahwa menghafal Al-Qur’an dapat melidungi dari serangan stress. Hal ini dikarenakan salah satu fungsi Al-Qur’an adalah sebagai obat, dengan ijin Alloh dapat menyembuhkan penyakit, yang ditimpakan Alloh kepada orang-orang yang beriman, sebagai cobaan. Sebagaimana Alloh berfirman dalam surat al-Isro ayat 82, yang artinya, Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Dalam riwayat Imam Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

Setiap penyakit pasti ada obatnya. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya, maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Al-Qur`an adalah wahyu Alloh yang dapat menghilangkan segala keraguan, kemunafikan, kesyirikan, penyimpangan, dan penyelisihan yang terdapat dalam hati. Sebab Al-Qur`an mengandung kebenaran, yang dengannya akan musnah setiap yang samar dan kejahilan. Al-Qur’an merupakan pemberi nasehat serta peringatan, yang akan meluruskan setiap syahwat yang menyelisihi perintah Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Al-Qur`an lah yang menyembuhkan itu semua dengan seizin Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Di samping itu, Al-Qur’an juga rahmat yang membuahkan keimanan dan kebaikan. Hal ini tidaklah didapatkan kecuali oleh orang-orang yang mengimani, membenarkan, serta mengikuti Al-Qur’an. Bagi orang yang seperti ini, Al-Qur`an akan menjadi penyembuh dan rahmat.

Hasil Penelitian Ilmiah di Universitas al-Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyyah, membuktikan ketika kadar hafalan Al-Qur’an siswa meningkat maka akan meningkat pula kesehatan jiwanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Profesor doktor Shalih bin Ibrahim, professor ilmu Kesehatan Jiwa, terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama, para mahasiswa-mahasiswi Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah. Jumlah mereka 170 orang. Kelompok kedua, Para mahasiswa Ma’had al-Imam asy-Syatibi lid Dirosatul Qur’aniyyah dan Universitas al-Khairiyah Litahfidzil Qur’an Al Karim di Jeddah. Jumlah mereka sama, yaitu 170 orang.

Para mahasiswa yang memiliki hafalan yang bagus memiliki kesehatan jiwa yang jauh lebih tinggi. Ada 70 penelitian umum dan Islam, seluruhnya menguatkan pentingnya dien untuk meningkatkan kesehatan dan ketentraman jiwa.

Sebuah penelitian di Saudi juga menunjukkan peran Al-Qur’an dalam meningkatkan kecerdasan bagi anak-anak sekolah dasar dan Pengaruh positif hafalan Al-Qur’an bagi kesuksesan akademik para mahasiswa.

Penelitian ini sebagai bukti nyata adanya hubungan antara beragama dengan berbagai fenomena hidup. Di antaranya yang paling penting adalah menghafal Al-Qur’an. Siswa yang mempunyai hafalan Al-Qur’an memiliki kesehatan jiwa yang lebih baik dibandingkan dengan siswa-siswa yang tidak beragama dengan baik, atau tidak menghafalkan Al-Qur’an sedikitpun, atau hafalan mereka hanya surat-surat dan ayat-ayat pendek.

Penelitian tersebut berpesan, agar menghafalkan Al-Qur’an dengan sempurna bagi para siswa-siswi di tingkat universitas, untuk menghasilkan nilai positif bagi kehidupan dan akademik mereka. Mendorong mereka melaksanakan perintah Alloh dan menjauhi larangan-Nya. Dan hal itu merupakan sarana terpenting untuk memperoleh kesehatan jiwa yang tinggi.

Penelitian itu juga menasihatkan kepada para guru agar meningkatkan standar hafalan bagi murid-murid mereka, walau dijadikan sebagai kegiatan ekstra kurikuler, karena memiliki manfaat dan pengaruh yang bagus untuk kesuksesan belajar dan kesehatan jiwa mereka.…..

Tekanan hidup memang tidak akan pernah berhenti. Kualitas pribadi seseorang akan tampak ketika dia menghadapi permasalahan. Keimanan kepada Alloh merupakan faktor utama yang membuat kita sehat. Cobalah kita bertanya dalam hati kita masing-masing, mengapa Rasululloh sholallohu ’alaihi wasallam hanya beberapa kali sakit seumur hidupnya? Karena Rasulullah tidak pernah mengalami stres berat. Mengapa Rasulullah tidak pernah stres berat? Karena hati Rasulullah senantiasa tenang. Mengapa beliau selalu diberi ketenangan hati? Karena Al-Qur’an selalu di hati Nabi sholallohu ’alaihi wasallam, beliau selalu mengingat Alloh di sepanjang hidupnya.

Sekarang, saatnyalah kita kembali kepada Al-Qur’an, kembali dalam arti total, menjadikan sebagai referensi dalam seluruh aktifitas kehidupan. Kita mulai dengan membacanya, menghafalnya, mentadabburinya, mengamalkan kandungannya, menda’wahkan dan memperjuangkannya sebagai pedoman hidup. Dengan begitu kita akan selalu diberikan kesehatan oleh Alloh ta’ala baik kesehatan jasmani terlebih lagi kesehatan rohani.  Wallohu a’lam….

Demikianlah sedikit ulasan tentang salah satu dari  manfaat pentingnya menghafal Al-Qur’an dan kemampuan untuk menghafal Al-Quran adalah buah dari niat yang ikhlas, konsistensi usaha dan hidayah dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala,  Bila anda telah memiliki niat yang ikhlas untuk menghafal Al-Qur’an, Jangan pernah berpikir bahwa anda tidak mungkin bisa menghafal Al-Qur’an karena tidak ada yang tidak mungkin dengan hidayah-Nya, bukan hanya stress yang akan hilang ketika anda menghafal ayat suci Al-Qur’an, tetapi kedudukan dan tempat yang tinggi akan anda raih di akhirat kelak……

10 Sahabat yang Dijamin Masuk Syurga

Setiap orang pasti ingin masuk surga. Namun, tidak mudah untuk meraihnya. Tak cukup hanya mengaku sebagai Muslim, butuh ketaatan dan pengorbanan. Lihatlah bagaimana sikap itu ditunjukkan oleh para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Tidak hanya harta, jiwa dan raga pun rela mereka persembahkan untuk kejayaan Islam. Dari sekian banyak sahabat Nabi, ada sepuluh sahabat yang memperoleh jaminan surga (Asratul Kiraam).

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ’anhu

Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ’anhu adalah khalifah pertama, setelah Nabi wafat. Ia sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kemanapun Nabi pergi, ia selalu menyertainya. Termasuk saat Rasul dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, suatu perjalanan yang penuh dengan risiko.
Sejak remaja, Abu Bakar telah bersahabat dengan Nabi. Ia juga orang pertama yang memeluk Islam. Tidaklah sulit baginya untuk mempercayai ajaran Islam, karena tahu betul keagungan akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Abu Bakar wafat dalam usia 63 tahun (13 Hijriah). Ia dikebumikan di Madinah bersebelahan dengan makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ia diriwayatkan 142 Hadits.

2. ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ’anhu

Umar bin Khaththab Radhiyallahu ’anhu adalah khalifah kedua ’Umar memeluk Islam setelah mendengar surat Thoha yang dibacakan saudara perempuannya. Ia sangat keras dalam membela agama Allah. Ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraisy terhadap diri Nabi dan sahabat.
Saat ’Umar diangkat menjadi khalifah, daerah kekuasaan Islam bertambah. Kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukan dalam kurun waktu satu tahun (636-637 M). Pemimpin yang sederhana dan peduli para rakyatnya ini, wafat setelah dibunuh Abu Lukluk saat hendak memimpin shalat ( 23 H/644 M). Ia dimakamkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

3. ‘Utsman bin Affan Radhiyallahu ’anhu

‘ Utsman bin Affan Radhiyallahu ’anhu adalah khalifah Islam ketiga. Pada saat kepemimpinannya, ia berhasil mengumpulkan wahyu, dan menyusunnya dalam bentuk mushaf Al- Qur’an. Utsman masuk Islam lewat ajakan Abu Bakar As-Siddiq. Ia mendapat gelar Dzun Nur ’Ain (Pemilik Dua Cahaya), karena menikahi dua putri Nabi, Ruqayyah dan Ummu Kultsum.
Utsman dikenal sebagai saudagar kaya dan dermawan. Ia selalu menafkahkan hartanya di jalan Allah. Saat berkecamuk perang Tabuk, ’Utsman menyumbang lebih dari 940 unta, kemudian membawa 60 kuda untuk menggenapinya menjadi 1000. Usman Wafat pada tahun 35H atau 655M.

4. ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ’anhu

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ’anhu dilahirkan di Makkah tahun 598 Masehi. Suami dari putri Nabi, Fatimah, ini merupakan orang yang pertama masuk Islam dari golongan anak-anak. Sebagian meriwayatkan saat itu usianya 10 tahun. Ali wafat pada tahun 40 Hijriyah, setelah ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam dengan pedang yang beracun setelah shalat Shubuh. Ia meninggal dalam usia 63 tahun dan menjabat sebagai khalifah selama 4 tahun 9 bulan. Beliau dimakamkan di Kufah, Irak.

5. Thalhah bin Abdullah Radhiyallahu ’anhu

Thalhah bin ’Abdullah Radhiyallahu ’anhu dikenal sebagai salah satu konsultan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ia berasal dari suku Quraisy.
Saat berkecamuk perang Uhud, Thalhah ikut serta. Di arena tersebut ia menderita luka parah. Dia menjadikan dirinya sebuah perisai bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengalihkan panah yang akan menancap diri Nabi dengan tangannya. Sehingga semua jari-jarinya putus.
Thalhah wafat pada 36 H atau 656 M. Ia Syahid saat mengikuti perang Jamal.

6. Zubair bin Awwam Radhiyallahu ’anhu

Zubair bin Awwan Radhiyallahu ’anhu termasuk golongan yang pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Usianya saat itu baru 15 tahun. Pembelaannya terhadap Islam begitu nyata, Zubair tidak pernah absen dalam berbagai petempuran bersama kaum muslimin. Ia selalu berada di garda depan saat jihad dikumandangkan. Sekujur tubuhnya terdapat luka dari hasil peperangan.
Ia sangat dicintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Saat terjadi perseturuan di antara kaum muslimin, Zubair tidak sedikit pun memihak yang berseteru. Ia malah berusaha menyatukannya. Zubair ditikam ketika sedang menghadap Allah, ia wafat pada tahun 36H atau 656M.

7. Sa’ad bin Abi Waqqas Radhiyallahu ’anhu

Sa’ad bin Abi Waqqas Radhiyallahu ’anhu memeluk Islam saat berusia 17 tahun. Ia sangat mahir menunggang kuda dan memanah. Jika ia memanah musuh dalam sebuah peperangan pastilah tepat sasaran. Hampir seluruh peperangan ia ikuti.
Saat periode Khalifah Umar bin Khattab, Sa’ad diangkat sebagai gubernur militer di Iraq yang bertugas mengatur pemerintahan dan sebagai panglima tentara.
Sa’ad wafat pada usia 70 tahun (55H atau 675M). Ia dimakamkan ditanah Baqi’

8. Sa’id bin Zaid Radhiyallahu ’anhu

Sa’id Radhiyallahu ’anhu adalah di antara sahabat yang beruntung. Dia masuk Islam bersama-sama istrinya, Fathimah binti Al-Khaththab, adik perempuan ‘Umar bin Khaththab. Sa’id membaktikan segenap daya dan tenaganya untuk berkhidmat kepada Islam. Ketika memeluk Islam usianya belum genap 20 tahun.
Sa’id turut berperang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap peperangan. Ia juga turut bersama kaum muslimin mencabut singgasana Kisra Persia. Sa’id pernah diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memata-matai aktivitas musuh.
Ia wafat dalam usia 70 tahun (51H atau 671M), dan dimakamkan di Baqi’, Madinah.

9. ‘Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu ’anhu

'Abdurrahman bin ’Auf Radhiyallahu ’anhu juga termasuk tujuh orang yang pertama masuk Islam. Ia di antara sahabat Rasul yang memiliki harta berlimpah. Selurah hartanya itu ia peroleh melalui perniagaan. Kesuksesannya tidak membuat ia lupa diri. Ia selalu menafkahkan hartanya di jalan Allah. Bahkan saat ia diberitakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat bersedekahnya semakin membara. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 ekor kuda perang, dan 1.500 ekor unta ia sumbangkan untuk perjuangan menegakkan Islam.
Abdurrahman sempat berhijrah ke Habasyah sebanyak dua kali. Ia wafat pada umur 72 tahun (32H/652M) dan dimakamkan di baqi’.

10. Abu ‘Ubaidah bin Jarrah Radhiyallahu ’anhu


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan pernyataan tentang Abu ‘Ubaidah. “Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan sesungguhnya kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah,” begitu kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Abu Ubaidah orang yang amanah dan jujur dalam berperilaku. Abu Ubaidah masuk Islam melalui perantara Abu Bakar As-Shiddiq diawal kerasulan Muhammad. Ia beberapa kali dipercaya Rasul memimpin peperangan. Ia wafat pada tahun 18H atau 639M.


sumber: www.hidayatullah.com

Ketika Shalat Terasa Berat

Urgensi dan pentingnya shalat telah sedemikian jelas bagi setiap Muslim. Meski begitu, kita belum juga merasakan makna-makna mendalam ini, dan kita pun tetap menganggap shalat sebagai sesuatu yang berat. Kita memang layak mengalami hal tersebut, dan alasan tersebut bisa diterima. Sebab Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah berfirman, artinya:
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (QS. Al Baqarah: 45).    
Yah, kita belum melaksanakan shalat secara khusyuk, sehingga shalat pun terasa berat, sulit, dan menjadi beban. Karenanya, kekhusyukan menjadi tema utama dalam permasalahan shalat. Tanpa kekhusyukan, Anda akan merasakan shalat sebagai beban berat yang tidak berpengaruh, dan hanya merupakan gerakan-gerakan mekanistik saja.

Sebab dan Akibat Shalat Tak Khusyuk
Salah satu hal yang merintangi seseorang menuju kekhusyukan dalam shalat adalah banyaknya tolehan dan gerakan badan, begitu pun sikap lalai dalam shalat. Anda bisa melihat, ada orang yang melakukan hal-hal aneh dalam shalat. Satu contoh, orang yang mengerjakan shalat dengan sedemikian cepat seolah sebuah senam aerobik, atau shalat di samping televisi yang tengah menyala, atau shalat namun matanya berputar mengamati ornamen-ornamen masjid dan orang-orang yang ada di dalamnya. Ada juga yang ketika shalat sengaja mengangkat suara agar anaknya diam. Bahkan ada juga yang gerakannya lebih cepat dari patukan ayam jantan, di mana ia melakukan sujud namun ujung kepalanya hampir tidak menyentuh lantai.
Ini merupakan contoh-contoh yang tidak bisa diteladani. Apakah Anda mengira Allah Subhaanahu wa Ta'ala akan mengabulkan shalat-shalat semacam ini?

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhârî, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada seorang laki-laki yang mengerjakan shalat dengan cepat dan tanpa thuma'ninah,
"Pergilah untuk mengerjakan shalat sebab engkau belum mengerjakannya."

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang perbuatan menoleh-noleh ketika shalat, maka beliau pun bersabda,
"Itu merupakan curian yang dilakukan setan terhadap shalat seorang hamba." (HR. Al Bukhârî).

Sungguh, sejelek-jelek manusia adalah orang yang berusaha mencuri bagian shalatnya. Ditanyakan, "Bagaimanakah hal itu bisa terjadi, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya." (HR. Ahmad).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah akan menyambut saorang hamba dalam shalatnya sepanjang ia tidak berpaling. Maka jika hamba itu memalingkan muka, Allah pun berpaling darinya." (HR. Abû Dâwûd dan An-Nasâ'î).
Demi Allah, tidakkah kita merasa malu? Apakah Allah Subhaanahu wa Ta'ala melihat Anda, tetapi Anda justru melihat ke arah yang lain?

Jadikan Shalat Sebagai Istirahat Anda
Inilah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama shalat. Perhatikanlah tatkala beliau mengatakan,

"Wahai Bilâl, dirikanlah shalat (qomatlah)! Istirahatkanlah kami dengannya." (HR. Abû Dâwûd, dishahihkan oleh Al Albânî).
   
Bandingkan dengan kondisi kita saat ini. Bisa jadi kita justru mengatakan, "Istirahatkanlah kami dari shalat, wahai Bilâl."
   
Demi Allah, yang mampu mengecap rasa ini hanyalah orang-orang yang khusyuk. Adapun orang-orang yang selain mereka justru akan merasa letih. Perhatikan bagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan, "Dan pucuk kebahagiaanku dijadikan terletak dalam shalat." (HR. Ahmad).
   
Shalat adalah kebahagiaan beliau dan keinginannya. Pandangan beliau tidak terpenuhi apa-apa selain shalat, sementara pandangan kita telah terjejali banyak hal; isteri, rumah tangga, pekerjaan, harta benda, televisi, dan sebagainya. Pernahkah barang sekali kita merasakan pucuk kebahagiaan kita terlatak pada dua rakaat yang kita kerjakan di tengah gelapnya malam, di mana kita menegakkan kaki di hadapan Allah Subhaanahu wa Ta'ala dengan penuh khusyuk dan menghibah?
   
Para sahabat mengatakan, "Apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ditimpa suatu persoalan atau mengharapkan sesuatu hal, beliau bergegas melaksanakan shalat." (HR. Ahmad).
Itulah, sungguh aneh keadaan kita! Jika kita ditimpa persoalan, kita segera berlari mencari orang lain. Bukan shalat!

Antara Mabuk dan Lalai dalam Shalat

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, artinya:
”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan." (QS. An-Nisâ': 43).

Subhânallâh! Ada banyak orang yang tidak sedang mabuk namun keadaan mereka ketika shalat tidak berbeda dengan orang-orang mabuk. Mereka sama sekali tidak mengerti apa yang mereka ucapkan ketika shalat. Tanyakan pada diri kita masing-masing, berapakah shalat yang kita lakukan dalam kondisi lebih jelek dari orang-orang yang tengah mabuk? Sukakah Anda menjadi orang yang lalai, sementara Anda berdiri di hadapan Allah ??

Teladan dari Salaf
Abû Thalhah pernah shalat di kebunnya. Kemudian di tengah-tengah shalat beliau melihat seekor burung terbang keluar dari kebun. Kedua mata beliau pun terpaku melihat burung itu, sampai-sampai lupa, berapa rakaat telah beliau jalani. Akhirnya, karena kelalaian ini, beliau pergi menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sembari menangis dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya telah tersibukkan oleh seekor  burung ketika shalat di kebun, sehingga saya lupa  telah berapa rakaat melakukan shalat..." Beliau pun melanjutkan, "Sekarang, birlah kebun itu menjadi sedekah di jalan Allah. Gunakanlah kebun itu untuk apa saja seperti yang Anda inginkan, barangkali dengan ini, Allah akan mengampuni saya."
   
Sungguh, seorang mukmin sejati akan melihat dosanya sebagai sebuah gunung yang besar yang siap menimpanya. Seharusnya kita menangis sejadi-jadinya atas keadaan kita selama ini. Ratusan hari, bahkan bertahun-tahun, kita shalat dalam keadaan lalai, namun kita selalu menghibur diri dengan berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun pernah lupa jumlah rakaat shalatnya."

Suatu kali Hâtim ibn al 'Ishâm—rahimahullâh—pernah ditanya tentang shalatnya. Ia pun menjawab, "Jika waktu shalat telah tiba, aku berwudhu dengan sempurna, dan menghampiri tempat di mana aku akan mengerjakan shalat. Aku pun lantas duduk di sana sampai seluruh tubuhku terkonsentrasi. Kemudian aku pun memulai shalat dengan menjadikan Ka'bah seolah berada di hadapanku. Jembatan Ash-Shirath terlatak di bawah kakiku. Surga di samping kananku, dan neraka di sebelah kiriku, serta Malaikat Maut berada tepat di belakangku. Aku pun menganggap shalat ini sebagai shalatku yang terakhir.
   
Kemudian aku mulai mengerjakannya dalam nuansa antara raja' (harap) dan khauf (cemas). Aku bertakbir sepenuh mungkin, dan membaca lantunan ayat Al Qur'an dengan tartil, kemudian aku rukuk dengan tawadhu dan bersujud dengan penuh khusyuk.
   
Selanjutnya aku duduk di atas kaki kiri dengan menjulurkan telapaknya dan menegakkan kaki kanan di atas patokan ibu jari. Aku pun mengakhiri shalat tersebut dengan rasa ikhlas. Tetapi aku tidak tahu, apakah shalat itu dikabulkan ataukah tidak."

Perhatikan pula 'Alî bin Abî Thâlib Radhiyallahu Anhu. Selepas wudhu, beliau biasanya gemetar. Ketika ditanya sebabnya, beliau mengatakan, "Sekarang aku sedang memikul amanah yang pernah disodorkan kepada langit dan bumi serta gunung, tapi mereka semua menolaknya. Namun aku kemudian maju dan bersedia menerima amanah tersebut."

Carilah Hati Anda!

Imam Abû Hâmid Al Ghazâlî—rahimahullâh—berkata, "Carilah hatimu di tiga tempat: Pertama, ketika membaca Al Qur'an. Kedua, ketika shalat. Ketiga, ketika mengingat kematian. Jika di tiga tempat tersebut engkau belum menemukan hatimu, maka mohonlah kepada Allah untuk memberimu hati, sebab engkau sedang tidak memilikinya."Wallâhul Hâdî ilâ Aqwamith Thorîq.


Sumber: (Al Fikrah No.12 Th. VIIIi/08 Jumadal Ula 1428H)

Kamis, 28 April 2011

Waspada beramal karena manusia

 Berkata Fudhail Bin 'Iyadh dalam Tazkiyatun Nafs hal.17
Artinya: "Meninggalkan amal karena manusia adalah riya', melakukan amal karena manusia adalah syirik , dan Ikhlas adalah Allah membebaskan kamu dari (sifat-sifat) mereka"

Orang Yang Tidak Mau Masuk Syurga

Artinya : Kamu sekalian akan masuk syurga kecuali yang “tidak mau”, mereka bertanya, siapa yang “tidak mau” itu ya Rosululloh? Barangsiapa yang thaat padaku maka ia masuk syurga dan barangsiapa yang mendurhakai aku maka dialah yang “tidak mau”. (HR. Bukhari)


SYARH (PENJELASAN)
• كلكمYaitu orang-orang yang beriman dari ummat Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam, baik mereka laki-laki, perempuan, orang-orang mulia dan elit, ulama, orang-orang awam, orang kaya maupun orang-orang miskin.
• يدخل الجنة (masuk syurga) yaitu setelah mati ia akan masuk syurga dengan ruhnya dan pada hari kiamat ia akan masuk syurga dengan ruh dan tubuhnya, sedangkan الجنة ialah daarul abraar (tempat orang-orang yang baik), daarul muttaqin (tempat orang-orang taqwa) dan daaru assalaam (tempat yang aman dan selamat), disebut dengan daarul abraar karena yang masuk kedalamnya hanyalah orang-orang yang baik (abraar), mereka itu ialah orang-orang yang beriman yang senantiasa thaat, dan disebut dengan daaru assalaam karena didalamnya tidak ada/selamat dari segala bentuk penderitaan dan kesusahan dimana penghuninya tidak akan merasakan sakit, kematian dan ketuaan.

TAMBAHAN & PELAJARAN
• Sesungguhnya tho’at pada Rosulullah adalah sebab masuk syurga, karena menthaati Rosulullah pada hakikatnya adalah ibadah yang berfungsi sebagai pembersih jiwa manusia. Hanya orang-orang yang senantiasa membersihkan jiwanya yang akan beruntung. Firman Allah :
“Sungguh beruntunglah orang-orang yang senantiasa membersihkan jiwanya” (QS. 91 : 9)
Ma’na أفلح Pada ayat di atas adalah selamat dari api neraka dan masuk ke dalam syurga, dan itulah “keberuntungan yang besar”. Firman Alloh :

فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
….. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung….( QS. 3: 185)

• Tho’at pada Rosulullah tidak akan sempurna jika tidak mengetahui apa-apa yang ia perintahkan dan tidak mengetahui apa-apa yang ia larang (QS. 59:7)
( diterjemahkan dari Kitab Al Masjid wa Bait al Muslim ditulis Oleh Syaikh Abubakar Jabir Al Jazairy)

Senin, 25 April 2011

Bahayanya 'Ain (Pandangan Mata)

Bismillah,
Kemarin, saya sempat baca-baca status-status di fb. Saya menemukan status teguran/peringatan dari seorang saudari. Alhamdulillah, betul-betul nikmat dari Allah jika kita berteman dengan orang-orang baik yang senantiasa mengingatkan kita tentang syari'at dalam Islam [maka bertemanlah dengan orang yang bisa memberi manfaat padamu]. Saya menemukan status tentang itu ['ain]. Insyaa Allah mengenai kisah nyata tentang hal ini akan saya posting tersendiri. Di postingan ini, mari kita baca dulu tentang serba-serbi 'ain. Yuuk...

Bahaya 'Ain

Ibnu Qoyyim rohimahullah dalam kitab Tafsir Surat Muawwadzatain berkata, “Bahaya dari pandangan mata dapat terjadi ketika seseorang yang berhadapan langsung dengan sasarannya. Sasaran tukang pandang terkadang bisa mengenai sesuatu yang tidak patut didengki, seperti benda, hewan, tanaman, dan harta. Dan terkadang pandangan matanya dapat mengenai sasaran hanya dengan pandangan yang tajam dan pandangan kekaguman.” Pengaruh dari bahaya pandangan mata pun hampir mengenai Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman-Nya,

وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ

“Sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al Qur’an dan mereka mengatakan ‘Sesungguhnya dia (Muhammad) benar-benar gila.” (Al Qalam [68]: 51)

Terdapat pula hadits dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

العين حقُُّ ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين

“Pengaruh ‘ain itu benar-benar ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, ‘ainlah yang dapat melakukannya.” (HR. Muslim)

Subhanallah, lihatlah bagaimana bahaya ‘ain telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan As Sunnah. Dan terdapat pula contoh-contoh pengaruh buruk ‘ain yang terjadi pada masa sahabat. Salah satunya adalah yang terjadi ada Sahl bin Hunaif yang terkena ‘ain bukan karena rasa dengki namun karena rasa takjub. Sebagaimana dalam hadits,

Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif menyebutkan bahwa Amir bin Rabi’ah pernah melihat Sahl bin Hunaif mandi lalu berkatalah Amir, “Demi Allah, Aku tidak pernah melihat (pemandangan) seperti hari ini, dan tidak pernah kulihat kulit yang tersimpan sebagus ini.” Berkata Abu Umamamh, “Maka terpelantinglah Sahl.” Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Amir. Dengan marah beliau berkata, “Atas dasar apa kalian mau membunuh saudaranya? Mengapa engkau tidak memohonkan keberkahan (kepada yang kau lihat)? Mandilah untuknya!” Maksudnya Nabi menyuruh Amir berwudhu kemudian diambil bekas air wudhunya untuk disiramkan kepada Sahl dan ini adalah salah satu cara pengobatan orang yang tertimpa ‘ain bila diketahui pelaku ‘ain tersebut (*). Maka Amir mandi dengan menggunakan satu wadah air. Dia mencuci wajah, kedua tangan, kedua siku, kedua lutut, ujung-ujung kakinya dan bagian dalam sarungnya. Kemudian air bekas mandinya itu dituangkan kepada Sahl, lantas dia sadar dan berlalulah bersama manusia.” (HR. Malik dalam al Muwaththa 2/938, Ibnu Majah 3509, dishahihkan oleh Ibnu Hibban 1424. sanadnya shahih, para perawinya terpercaya, lihat Zaadul Ma’ad tahqiq Syu’aib al Arnauth dan Abdul Qadir al Arnauth 4/150 cet tahun 1424 H. Lihat majalah Al Furqon).

(*) Kata mandi yang ada di sini maksudnya adalah berwudhu sebagaimana disebutkan Imam Malik dalam kitab Al Muwattho. Wallahu a’lam.

Tanda-Tanda Terkena ‘Ain

Tanda-tanda anak yang terkena ‘ain di antaranya adalah menangis secara tidak wajar (bukan karena lapar, sakit atau mengompol), kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, tidak mau menyusu pada ibunya tanpa sebab, atau kondisi tubuh sang anak kurus kering dan tanda-tanda yang tidak wajar lainnya.

Sebagaimana dalam hadits dari Amrah dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata, “Pada suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk rumah. Tiba-tiba beliau mendengar anak kecil menangis, lalu Beliau berkata,

ما لِصبيِّكم هذا يبكي قهلاََ استرقيتم له من العين

“Kenapa anak kecilmu ini menangis? Tidakkah kamu mencari orang yang bisa mengobati dia dari penyakit ‘ain?” (HR. Ahmad, Baqi Musnadil Anshar. 33304).

Begitu pula hadits Jabir radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Asma’ binti Umais, “Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering? Apakah mereka kelaparan?” Asma menjawab, “Tidak, akan tetapi mereka tertimpa ‘ain”. Beliau berkata, “Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka!” (HR. Muslim, Ahmad dan Baihaqi)

Berlindung dari Bahaya ‘Ain

Sesungguhnya syari’at Islam adalah sempurna. Setiap hal yang mendatangkan bahaya bagi umatnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentu telah menjelaskan tentang perkara tersebut dan cara-cara mengantisipasinya. Begitu pula dengan bahaya ‘ain ini.

1. Bagi Seseorang yang Memungkinkan Memberi Pengaruh ‘Ain

Berdasarkan hadits Abu Umamah di atas maka hendaknya seseorang yang mengagumi sesuatu dari saudaranya maka yang baik adalah mendoakan keberkahan baginya. Dan berdasarkan surat Al Kahfi ayat 39, maka ketika takjub akan sesuatu kita juga dapat mengucapkan doa:

مَا شَآءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ إلاَّ بِا للهِ

Artinya:

“Sungguh atas kehendak Allah-lah semua ini terwujud.”

2. Bagi yang Memungkinkan Terkena ‘Ain

Sesungguhnya ‘ain terjadi karena ada pandangan. Maka hendaknya orang tua tidak berlebihan dalam membanggakan anaknya karena dapat menimbulkan dengki ataupun kekaguman pada yang mendengar dan kemudian memandang sang anak. Adapun jika memang kenikmatan itu adalah sesuatu yang memang telah nampak baik dari kepintaran sang anak, fisiknya yang masya Allah, maka hendaknya orang tua mendoakan dengan doa-doa, dzikir dan ta’awudz yang telah diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya adalah surat muawadzatain (surat Annas dan al-Falaq). Ada pula do’a yang biasa diucapkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta perlindungan untuk Hasan dan Husain, yaitu:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانِِ وَ هَامَّةِِ وَ مِنْ كُلِّ عَيْنِِ لامَّةِِ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracung dan dari pengaruh ‘ain yang buruk.” (HR. Bukhari dalam kitab Ahaditsul Anbiya’: 3120)

Atau dengan doa,

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَِ

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.” (HR. Muslim 6818).

Kemudian, terdapat pula do’a yang dibacakan oleh malaikat Jibril alaihissalam ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat gangguan setan, yaitu:

بِسْمِ اللهِ أرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءِِ يُؤْذِيْكََ مِن شَرِّ كُلِّ نَفْسِِ وَ عَيْنِ حَاسِدِِ اللهُ يَشْفِيكَ

“Dengan menyebut nama Allah, aku membacakan ruqyah untukmu dari segala sesuatu yang menganggumu dari kejahatan setiap jiwa dan pengaruh ‘ain. Semoga Allah menyembuhkanmu.”

Dan terdapat do’a-do’a lain yang dapat dibacakan kepada sang anak untuk menjaganya dari bahaya ‘ain ataupun menyembuhkannya ketika telah terkena ‘ain. (lihat Hisnul Muslim oleh DR. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani atau Ad Du’a min Al Kitab wa As Sunnah yang telah diterjemahkan dengan judul Doa-doa Dan Ruqyah dari Al-Qur’an dan Sunnah oleh DR. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani)

sumber : dari Bank artikelku


Jika diantara pembaca ada yang pernah mengalami atau mendengar kisah tentang 'ain, mohon dishare ya [jika tak keberatan], agar bisa menjadi pelajaran buat yang lainnya dan tidak terjerumus ke dalam hal yang serupa. Jazaakunnallahu khairan sebelumnya.

Minggu, 24 April 2011

Surat Dari Pemuda Somalia


Segala puji milik Allah, sholawat dan salam keatas penghulu para Nabi dan Rosul, Nabi kita Muhammad, keluarga dan seluruh sahabat beliau. Amma Ba’d :Allah berfirman : “Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun”(At Taubah : 39).

Ini adalah surat yang kami kirim dari Asy Syababul Mujahidin (para pemuda mujahidin) kepada saudara kami para pemuda ‘Al Qoidun’ (yang duduk-duduk) yang mencintai jihad akan tetapi terhalang oleh udzur bagi diri mereka. Terkadang jiwanya membisikinya agar menyelesaikan kuliah baru kemudian berangkat berjihad. Terkadang jiwanya mengatakan aku menikah terlebih dahulu baru kemudian aku pergi berjihad. Dia mencari-cari suatu pekerjaan lalu kemudian membangun sebuah rumah dan kemudian menikah. Atau dia menanti-nantikan sebuah pesawat yang dikirimkan mujahidin khusus untuk mengangkutnya dari rumah langsung menuju Kandahar atau Baghdad atau Dagestan atau Mogadhisu..

Tidak! dan ini tidak akan pernah terjadi!

Sesungguhnya, semenjak tahun-tahun yang telah lalu, sedikit sekali dari umat ini yang memahami problematika umat dan perang salib yang diumumkan dengan gamblang dalam setiap kesempatan. Dan sekarang, setelah peperangan melawan salibis diumumkan oleh mujahidin di setiap tempat, dan terjadilah bencana yang menimpa Amerika dan sekutunya, lalu kekuatannya menjadi lemah dan mulai goyah yang sebentar lagi akan tumbang – dengan izin Allah. Para pemuda mulai beranjak menuju problem tersebut dan setelah jelas bagi mereka berbagai klaim ulama-ulama suu’ dan para penjual dien, dan setelah tersingkap konspirasi pemerintahan mereka dan lenyapnya berbagai syubhat mukhodzdziliin (para penggembos), para pemuda muwahhid dari berbagai tempat mulai menyambut penyeru jihad.

Lalu muncullah, dengan sangat disayangkan, perkumpulan-perkumpulan pemuda yang tak terhitung yang mencintai jihad akan tetapi mereka menjadikan diri mereka hanya sekedar pencinta jihad atau dengan istilah yang lebih jelas “Jamahir” yang memberi tepuk tangan bagi mujahidin dan hanya menantikan berbagai aksi berani mereka melawan Amerika dan antek-anteknya dengan penuh takjub. Hati mereka tidak tergerak untuk menolong mustadh’afin (orang-orang lemah) atau ikut bergabung dengan mujahidin dan syuhada’, akan tetapi hanya mencukupkan diri dengan mengikuti perkembangan berita mujahidin dan memekikkan takbir seusai menyaksikan sebuah operasi mujahidin.

Sebagian mereka membanggakan diri bahwa mereka memiliki banyak koleksi film-film mujahidin, di mana mereka merasakan kecapaian saat mengumpulkannya dari internet. Sebagian lagi menisbahkan dirinya dengan “komentator olah raga” di berbagai forum olah raga lalu berkomentar bahwa ini tidak bagus dan semestinya begini, harus begitu, dengan cara begini agar lebih ok.. dan seterusnya.

Maaf wahai saudara-saudaraku..
Aku tidak bermaksud dengan hal yang menghalanginya sebagai udzur dan dunia menjadi sempit, sementara dia mencari-cari siapa yang akan membawanya menuju medan jihad. Perkenanlah kami memetik beberapa faedah dari surat At Taubah – semoga Allah menerima taubat kami dan kalian.

Di surat tersebut terdapat makna yang cukup untuk menggerakkan jiwa orang-orang yang duduk dan membangkitkan ‘azm (keinginan yang kuat) untuk berjihad dan membantah berbagai hujjah para mukhodzdzil. Kita mulai dari firman-Nya : “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat”(At-Taubah : 41), apakah kalian mengerti wahai saudaraku bahwa ayat ini ditafsirkan oleh Syekh Abu Tholhah – semoga Allah meridhoinya -, ketika membacanya beliau mengatakan kepada anak-anaknya “aku melihat Robb kita menyuruh kita untuk berangkat, baik tua maupun muda.. Siapkankanlah aku wahai anakku!”. Dan dia – semoga Allah meridhoinya – ikut berperang bersama Rosulullah SAW sampai meninggalnya beliau, dan berperang bersama Abu Bakar sampai meninggalnya Abu Bakar, dan berperang bersama Umar sampai meninggalnya Umar, sementara itu dia tidak melihat udzur bagi dirinya untuk hanya duduk-duduk saja, maka dia pun mengarungi lautan untuk berperang sampai dia meninggal dan tidak ditemukan satu daratan untuk menguburkannya kecuali setelah sembilan hari dan jasadnya tidak berubah sama sekali – semoga Allah merahmatinya. Ibnu Katsir – semoga Allah merahmatinya – menyebutkan perkataan sahabat dan tabi’in dalam menafsirkan ayat “ringan maupun berat”, beliau menyebutkan (kaya dan miskin, sibuk dan tidak sibuk, senang maupun tidak senang, berat dan memiliki keperluan, dalam kondisi susah maupun senang, menunggang kendaraan maupun jalan kaki, kaya dan fakir).

Ayat tersebut tidak mengecualikan seorangpun dan tidak membiarkan satu hujjah pun, dimanakah posisi kita dari orang-orang itu? Kemudian pada ayat selanjutnya Allah berfirman : “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu”(At Taubah : 42). Sekiranya melakukan safar kepada selain jihad, semisal untuk berdagang, mencari keuntungan dunia dan semisalnya, niscaya mereka akan bersegera menuju kepadanya. Lihatlah kondisi kaum muslimin, betapa banyak para pelancong dan betapa banyak para musafir yang menghendaki kesenangan dunia. Langit dipenuhi dengan pesawat-pesawat, laut didesaki dengan kapal-kapal, akan tetapi tidaklah mereka melakukan safar untuk berperang kecuali hanya segelintir saja sementara mereka merasa sangat ketakutan, wallahulmusta’an.

Dan kepada mereka, orang-orang yang mencari-cari udzur dan menjadikannya sebagai alasan untuk duduk-duduk, dan mengedepankan satu kaki dan membelakangkan yang lainnya.

3 Tanda Kiamat yg Harus Diantisipasi Dewasa Ini

Ada tiga tanda fenomenal dari tanda-tanda Kiamat yang perlu diantisipasi dewasa ini oleh umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Dua di antara ketiga tanda itu masuk dalam kategori tanda-tanda besar Kiamat. Satu lagi kadang dimasukkan ke dalam tanda besar, namun ada pula yang menyebutnya sebagai tanda penghubung antara tanda- tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat.

Tanda penghubung antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat ialah diutusnya Imam Mahdi. Imam Mahdi merupakan tanda Kiamat yang menghubungkan antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat karena datang pada saat dunia sudah menyaksikan munculnya seluruh tanda-tanda kecil Kiamat yang mendahului tanda-tanda besar Kiamat. Allah tidak akan mengizinkan tanda-tanda besar Kiamat datng sebelum berbagai tanda kecil Kiamat telah tuntas kemunculannya.
Banyak orang barangkali belum menyadari bahwa kondisi dunia dewasa ini ialah dalam kondisi dimana hampir segenap tanda-tanda kecil Kiamat yang diprediksikan oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam telah bermunculan semua.

Coba perhatikan beberapa contoh tanda-tanda kecil Kiamat berikut ini:
• Dan perceraian banyak terjadi ويكثر الطلاق
• Dan banyak terjadi kematian mendadak (tiba-tiba) و الموت الفجاء
• Dan banyak mushaf diberi hiasan (ornamen) و حلية المصاحف
• Dan masjid-masjid dibangun megah-megah و زخرفت المساجد
• Dan berbagai perjanjian dan transaksi dilanggar sepihak و نقضت العهود
• Dan berbagai peralatan musik dimainkan و استعملت المأزف
• Dan berbagai jenis khamr diminum manusia و شربت الخمور
• Dan perzinaan dilakukan terang-terangan و فخش الزنا
• Dan para pengkhianat dipercaya (diberi jabatan kepemimpinan) و اؤتمن الخائن
• Dan orang yang amanah dianggap pengkhianat (penjahat/teroris) و خون الأمين
• Tersebarnya Pena (banyak buku diterbitkan) ظهور القلم
• Pasar-pasar (Mall, Plaza, Supermarket) Berdekatan تتقارب الأسواق
• Penumpahan darah dianggap ringan استخفاف بالدم
• Makan riba أكل الربا

Jadi kalau kita perhatikan, contoh-contoh di atas jelas sudah kita jumpai di zaman kita dewasa ini. Bahkan bila kita buka kitab para Ulama yang menghimpun hadits-hadits mengenai tanda-tanda kecil Kiamat, lalu kita baca satu per satu hadits-hadits tersebut hampir pasti setiap satu hadits selesai kita baca kita akan segera bergumam di dalam hati: “Wah, yang ini sudah..!” Hal ini akan selalu terjadi setiap habis kita baca satu hadits. Laa haula wa laa quwwata illa billah....

Jika tanda-tanda kecil Kiamat sudah hampir muncul seluruhnya berarti kondisi dunia dewasa ini berada di ambang menyambut kedatangan tanda-tanda besar Kiamat. Dan bila asumsi ini benar, berarti dalam waktu dekat kita semua sudah harus bersiap-siap untuk menyambut datangnya tanda penghubung antara tanda-tanda kecil Kiamat dengan tanda-tanda besar Kiamat, yaitu diutusnya Imam Mahdi ke tengah ummat Islam. Hal ini menjadi selaras dengan isyarat yang diungkapakan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengenai dua pra-kondisi menjelang diutusnya Imam Mahdi.

أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ
وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا

“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kese-wenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad)

Nabi shollallahu ’alaih wa sallam mengisyaratkan adanya dua prakondisi menjelang diutusnya Imam Mahdi ke tengah ummat Islam. Kedua prakondisi tersebut ialah pertama, banyak terjadi perselisihan antar-manusia dan kedua, terjadinya gempa-gempa. Subhaanallah. Jika kita amati kondisi dunia saat ini sudah sangat sarat dengan perselisihan antar-manusia, baik yang bersifat antar-pribadi maupun antar-kelompok. Demikian pula dengan fenomena gempa sudah sangat tinggi frekuensi berlangsungnya belakangan ini.

Berarti kedatangan Imam Mahdi merupakan tanda Akhir Zaman yang jelas-jelas harus kita antisipasi dalam waktu dekat ini. Dan jika sudah terjadi berarti kitapun harus segera mempersiapkan diri untuk mematuhi perintah Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam yang berkaitan dengan kemunculan Imam Mahdi. Kita diperintahkan untuk segera berbai’at dan bergabung ke dalam barisannya sebab episode-episode berikutnya merupakan rangkaian perang yang dipimpin Imam Mahdi untuk menaklukkan negeri-negeri yang dipimpin oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya).

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ

“Ketika kalian melihatnya (Imam Mahdi) maka ber-bai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Ibnu Majah)

Imam Mahdi akan mengibarkan panji-panji Al-Jihad Fi Sabilillah untuk memerdekakan negeri-negeri yang selama ini dikuasai oleh para Mulkan Jabriyyan (Para penguasa yang memaksakan kehendak dan mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Beliau akan mengawali suatu proyek besar membebaskan dunia dari penghambaan manusia kepada sesama manusia untuk hanya menghamba kepada Allah semata, Penguasa Tunggal dan Sejati langit dan bumi. Beliau akan memastikan bahwa dunia diisi dengan sistem dan peradaban yang mencerminkan kalimatthoyyibah Laa ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah dari ujung paling timur hingga ujung paling barat.

Ghazawaat (perang-perang) tersebut akan dimulai dari jazirah Arab kemudian Persia (Iran) kemudian Ruum (Eropa dan Amerika) kemudian terakhir melwan pasukan Yahudi yang dipimpin langsung oleh puncak fitnah, yaitu Dajjal. Dan uniknya pasukan Imam Mahdi Insya Allah akan diizinkan Allah untuk senantiasa meraih kemenangan dalam berbagai perang tersebut.

تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ
ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ

“Kalian akan perangi jazirah Arab dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan menghadapi Persia dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan perangi Ruum dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya, kemudian kalian akan perangi Dajjal dan Allah akan beri kemenangan kalian atasnya.” (HR. Muslim)

Lalu kapan Nabiyullah Isa ’alihis-salaam akan turun dari langit diantar oleh dua malaikat di kanan dan kirinya? Menurut hadits-hadits yang ada Nabi Isa putra Maryam ’alihis-salaam akan datang sesudah pasukan Imam Mahdi selesai memerangi pasukan Ruum menjelang menghadapi perang berikutnya melawan pasukan Dajjal. Pada saat itulah Nabi Isa ’alihis-salaam akan Allah taqdirkan turun ke muka bumi untuk digabungkan ke dalam pasukan Imam Mahdi dan membunuh Dajjal dengan izin Allah.
Begitu Imam Mahdi dan pasukannya mendengar kabar bahwa Dajjal telah hadir dan mulai merajalela menebar fitnah dan kekacauan di muka bumi, maka Imam Mahdi mengkonsolidasi pasukannya ke kota Damaskus. Lalu pada saat pasukan Imam Mahdi menjelang sholat Subuh di sebuah masjid yang berlokasi di sebelah timur kota Damaskus tiba-tiba turunlah Nabi Isa ’alihis-salaam diantar dua malaikat di menara putih masjid tersebut. Maka Imam Mahdi langsung mempersilahkan Nabi Isa ’alihis-salaam untuk mengimami sholat Subuh, namun ditolak olehnya dan malah Nabi Isa ’alihis-salaam menyuruh Imam Mahdi untuk menjadi imam sholat Subuh tersebut sedangkan Nabi Isa ’alihis-salaam makmum di belakangnya. Subhanallah.

ينزل عيسى بن مريم ، فيقول أميرهم المهدي : تعال صل بنا ،
فيقول : لا إن بعضهم أمير بعض ، تكرمة الله لهذه الأمة "

"Turunlah Isa putra Maryam ’alihis-salaam. Berkata pemimpin mereka Al-Mahdi: "Mari pimpin sholat kami." Berkata Isa ’alihis-salaam: "Tidak. Sesungguhnya sebagian mereka pemimpin bagi yang lainnya sebagai penghormatan Allah bagi Ummat ini." (Al Al-Bani dalam ”As-Salsalatu Ash-Shohihah”)

Saudaraku, marilah kita bersiap-siap mengantisipasi kedatangan tanda-tanda Akhir Zaman yang sangat fenomenal ini. Tanda-tanda yang akan merubah wajah dunia dari kondisi penuh kezaliman dewasa ini menuju keadilan di bawah naungan Syariat Allah dan kepemimpinan Imam Mahdi beserta Nabiyullah Isa ’alihis-salaam.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam barisan pasukan Imam Mahdi yang akan memperoleh satu dari dua kebaikan: ’Isy Kariman (hidup mulia di bawah naungan Syariat Allah) au mut syahidan (atau Mati Syahid). Amin ya Rabb.


sumber: eramuslim.com

Big Family SMITER WI 05'

Bismillah.. Big Family SMA ISLAM TERPADU WAHDAH ISLAMIYAH Angkatan 05'.

Sabtu, 05 Februari 2011

Di Sepanjang Usia Muda Kita

Inilah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mengisahkan sepenggal suasana dari suasana-suasana Mahsyar. Hari itu, jarak matahari tidak lagi dihitung puluhan kilometer dari bumi, tapi bahkan lebih dekat lagi. Siapapun bisa menerka betapa dahsyatnya terik panas itu. Hingga kucuran keringat mampu menenggelamkan pemiliknya. Sampai ada yang berharap, jika memang dirinya penghuni neraka, minta untuk segera dimasukkan saja ke sana, karena sudah tidak tahan merasakan bara panas daratan Mahsyar.

Sebuah persangkaan keliru memang. Namun ini cukup menggambarkan kedahsyatan suasana di padang luas itu, pada hari itu. Tapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dalam suasana semacam itu, ’menghembuskan’ kabar menyejukkan ke dalam dada setiap sahabat, yang telah merasakan manisnya keimanan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkisah akan hari itu, bahwa ternyata ada hamba, yang justru menikmati keteduhan dan sejuknya bernaung di bawah ’arsy Allah 'azza wa jalla. Tentu mereka yang merasakan itu, bukan orang sembarangan. Tapi mereka adalah hamba pilihan, yang memang dikenal kedekatan mereka dengan Rabbnya.

Tujuh kriteria hamba yang disebutkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, yang akan mendapatkan keutamaan zhilâl (naungan) itu, sebelum mereka bernikmat-nikmat di dalam jannah-Nya. Satu diantaranya,

”Pemuda yang tumbuh dengan senantiasa beribadah kepada Allah.”
Inilah berita langit yang menggembirakan itu, yang disambut begitu antusias oleh para pemuda, pemilik iman dan ketakwaan saat itu.

Lalu, di sepanjang usia muda kita.........

Telahkah kita turut bergembira dengan kabar wahyu ini? Adakah jiwa kita terbawa ke suasana Mahsyar, ’mencoba’ merasakan kengeriannya, lalu kita pun menyibukkan diri dengan persiapan menuju ke sana, agar nantinya kita termasuk satu dari tujuh kelompok yang diistimewakan itu?

Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Rabbnya.

Semoga saja, pemuda itu adalah kita. Pemuda yang bernikmat-nikmat dalam ibadah. Yang memuaskan batinnya dengan ibadah. Ibadah apapun, sepanjang itu dicintai dan diridhai Allah shallallahu 'alaihi wasallam. Atau setidaknya, ada cita-cita yang dibarengi usaha menuju ke sana. Sedikit demi sedikit.

Ini, teramatlah penting untuk kita perhatikan. Karena masa muda yang tidak dipuaskan dalam ibadah, tentu kelemahan fisik di masa tua, semakin menghalangi kita dari ibadah tersebut. Berpuas-puas dengan ibadah, di sanalah keimanan menemukan manisnya. Letih memang di awalnya, tapi di ujungnya, manis dan sejuk yang terasa memenuhi relung jiwa. Jika sudah begini, bukankah di sini letaknya kebahagiaan?

Ketika hari ini, pikiran kita dicemari, diajarkan bahwa kebahagiaan hanya didapatkan dengan memuaskan hawa nafsu. Ketika hari ini, kita dibiasakan mencari kebahagiaan di jalan-jalan dosa dan kemaksiatan. Tibalah masanya, untuk menyadari bahwa kita ternyata ditipu. Sekaranglah waktunya, memahami bahwa hakikat kebahagiaan hanya kita dapatkan di atas jalan ketakwaan.

Di atas jalan ini, kita diingatkan, jelmaan kebahagiaan bukan pada menumpuknya simpanan harta, atau di atasnya kedudukan sosial kita, atau ketika dikelilingi wanita-wanita cantik nan menarik. Bukan di sana letaknya kebahagiaan. Dan bukan ke sana kita mencarinya.

Di atas jalan ini, kita diajari, semakin kita mendekat kepada Allah -'azza wa jalla-, semakin ia begitu terasa kehadirannya. Demikianlah, ketetapan Allah 'azza wa jalla- yang berlaku bagi hamba-Nya.

Memang, tidak mudah meraihnya, sebab ia barang termahal kehidupan. Dan ia, sepenuhnya milik hamba yang dipenuhi dadanya dengan keimanan, yang selalu menghamba kepada Allah Rabbul ’Izzah. Karenanya, ia tidak berujung seiring berhentinya menghirup nafas kehidupan. Bahkan terus, hingga kaki menapak masuk ke dalam jannah-Nya.

Berbeda orang yang kufur kepada Rabbnya, atau yang menyia-nyiakan hidupnya di jalan panjang kemaksiatan. Mungkin juga sempat merasakan kebahagiaan itu. Tapi tidak berapa lama. Sedang di akhirat, siksaan dan azab yang keras, hanya itu yang diterima.
Padahal, akhirat itulah yang kekal. Dan perjalanan ke sana lebih membutuhkan perbekalan.Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, artinya,
"Dan berbekallah, sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa." (QS. Al-Baqarah: 197).

Karenanya, ketika Allah subhanahu wa ta'ala menunjukkan kita jalan untuk merasakan manisnya keimanan, jangan pernah menyia-nyiakannya. Meskipun berhadapan dulu dengan berlapis-lapis ujian. Firman Allah subhanahu wa ta'ala, artinya,
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ’kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar, dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. al-’Ankabut: 2-4).

Ketika keimanan kita diuji, dengan bertebarannya aurat wanita yang bebas dinikmati kapan saja. Ketika bara syahwat mendidih-didih, lalu peluang melampiaskannya terbentang luas di depan mata.Ketika ukhti kita telah memahami akan wajibnya hijab syar’i, lalu larangan justru datang dari orang yang paling dicintainya; orang tua mereka. Ketika istiqamah semakin terasa sulit di saat-saat sendirian, sedangkan keimanan bisa saja tergadaikan dengan kesenangan dunia yang menggiurkan. Ingatkan hati kita akan indahnya kesabaran. "Fashbir shabran jamîlan", maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang baik. Dan pahamilah, kita tak sendirian dalam ujian. Hanya saja tingkatan ujian itu tak sama untuk setiap hamba. Ia bergantung setinggi mana takwa dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Karenanya, ucapkanlah apa yang diucapkan Nabiyyullah Ya’qub, "fashabrun jamîl", maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku).

Memang, ujian itu berat bagi hati. Bahkan kadang terlampau berat, di sela-sela kita menapaki jalan kehidupan. Jika sudah begini, bisikkan ke hati dan telinga kita; beginilah cara Allah menunjukkan cinta-Nya kepada sang hamba.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, artinya:
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah: 45,46).

Di ayat yang lain Allah subhanahu wa ta'ala mengabarkan, artinya,
"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar." (QS. Fushshilat: 35).

Rasululullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,yang artinya:
"Dan siapa yang menyabarkan dirinya, Allah pun akan memberinya kesabaran. Dan tidak ada karunia yang lebih baik dan lebih lapang, yang diberikan kepada seseorang, melebihi kesabaran." (HR. Bukhari dan Muslim).

Kita punya banyak teladan dalam sejarah. Petiklah hikmah dari mereka, yang kesabaran menjadi penolongnya dalam mempertahankan keimanan. Bacalah kisah-kisah para nabi, orang-orang shiddîq, para syuhadâ dan shalihîn, yang memiliki kesabaran berlipat-lipat. "Ridhwânullâh ’alaihim jamî’an". Ridha Allah atas semua mereka.

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu), dan bertakwalah kepada Allah, pasti kamu beruntung." ( QS. Ali ’Imran : 200).

Yasir sekeluarga, radhiyallahu 'anhum, satu teladan tentang kesabaran yang hidup subur dalam dada sahabat Rasulullah. Tekanan mental dan siksaan raga, bahkan semakin menambah keyakinannya; kesabaran ternyata ’jalan pintas’ menuju surga. ”Bersabarlah, wahai keluarga Yasir. Balasan bagimu adalah surga,” begitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meyakinkan sahabat beliau yang mulia ini.

Karenanya, jika ujian semakin berat terasa, semoga kitalah pemilik keimanan yang tengah diuji oleh Rabb kita; Allah subhanahu wa ta'ala. Semoga juga, cerita kepemudaan kita, tidak lain ia tumbuh di atas jalan-jalan kebaikan, dengan hanya mengharap ridha, ampunan dan pahala di sisi Allah subhanahu wa ta'ala. Âmîn. Wallâhu al-Muwaffiq.

Jumat, 04 Februari 2011

Andai Engkau Tahu Siapa Aku Sebenarnya

Betapa seringnya kita merasa bangga ketika melihat begitu banyaknya orang yang membutuhkan kita. Saat kita menyaksikan orang-orang berkumpul di sekeliling kita, betapa bangganya jiwa ini. Padahal –kita sendiri menyadari bahwa- orang-orang itu sesungguhnya tidak mengetahui siapa dan bagaimana diri kita yang sesungguhnya. Dan yang membuat segalanya semakin parah –kita pun seperti selalu berusaha menampilkan berbagai bentuk dan rupa kepalsuan. Menampilkan kekhsyu’an padahal sesungguhnya tidak khusyu’. Berlagak seperti ahli dzikir, padahal hati selalu lalai mengingat Allah. Dan orang itu bukan siapa-siapa. Dialah kita.

Kaum shaleh terdahulu yang hampir tidak bisa diragukan lagi keshalehannya seringkali mengungkapkan kekhawatirannya akan dirinya sendiri. Bila kita meluangkan waktu untuk membaca jejak-jejak keshalehan mereka, rasanya kita sulit untuk mengerti mengapa mereka masih saja sangat khawatir amal mereka tidak diterima oleh Allah. Mengapa mereka masih saja selalu berperilaku seolah-olah merekalah para penghuni neraka. Jilatan dan kobaran api neraka seperti begitu dekat…

Padahal sesungguhnya bila kita mengerti, kita sama sekali tidak perlu heran. Itulah tanda utama kesalehan seorang hamba. Bila engkau selalu merasa khawatir amalmu tidak diterima, maka bersyukurlah. Sebab terlalu banyak manusia yang memandang Allah sebagai Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, namun lupa bahwa Ia juga Maha Perkasa dan Mahadahsyat siksaan-Nya. Saat ia tenggelam dalam kemaksiatan dan kedurhakaan, ia membayangkan bahwa Allah itu Maha Pengampun, dan lupa bahwa Ia tidak menyukai dan akan menghukum para pendurhaka. Dan –lagi-lagi- orang itu bukan siapa-siapa. Dia adalah kita sendiri.

Sepanjang sejarah memang selalu begitu yang terjadi. Semakin shaleh dan dekat seorang hamba dengan Allah, semakin takut dan khawatirlah ia bila cintanya ditolak oleh sang kekasih. Dan semakin durjana seorang makhluk, semakin optimislah ia bahwa kedurjanaannya itu pasti diampuni oleh Allah. Padahal ia tidak mengantongi secuil jaminan pun akan hal itu. Sangat jauh berbeda dengan shahabat-shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang jelas-jelas telah ‘mengantongi’ jaminan masuk surga. Anda tentu tahu siapa itu Abu Bakar Ash-Shiddiq, ‘Umar Al-Faruq dan ‘Utsman ibn ‘Affan. Mereka adalah beberapa sosok shahabat yang telah ‘mengantongi’ jaminan itu. Lalu bacalah perjalanan hidup mereka sesudah memperoleh jaminan surga itu. Tidak sekalipun mereka berleha-leha dalam beribadah. Jaminan itu justru semakin membuat mereka semakin meluap-luap untuk berjumpa dengan Rabb mereka. Duhai, alangkah pandirnya kita.

Suatu ketika, Jubair ibn Nufair mendengarkan do’a yang diucapkan oleh shahabat mulia Abu ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhum di akhir shalatnya. Anda tahu do’a apa yang beliau panjatkan? ‘Audzubillahi minan nifaq (Aku berlindung kepada Allah dari sifat munafik). Ya, seorang shahabat seperti Abu ad-Darda’ begitu takut terhadap kemunafikan. Itulah sebabnya, -masih menurut penuturan Jubair ibn Nufair- beliau mengulang-ulangi do’a itu.

“Duhai tuan, ada apa antara Anda dengan kemunafikan?” tanya Jubair kepadanya.
“Sudahlah, engkau tidak usah mencampurinya. Demi Allah! Sesungguhnya seseorang itu dapat berubah-ubah dan berbolak-balik agamanya dalam satu jam, hingga akhirnya agama itu tercabut darinya!” jawab Abu ad-Darda’.

Seorang ‘alim bernama Yusuf ibn Ahmad Asy-Syairazy mengisahkan tentang salah seorang gurunya yang dikenal dengan Abu Waqt. Sang guru ini dikenal sebagai salah satu ahli hadits yang telah melakukan pengembaraan panjang untuk menyelami hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia bahkan digelari sebagai ruhlah ad-dunya; sang pengembara dunia. Simaklah penuturan Yusuf Asy-Syairazy tentang guru yang satu ini:
“…Allah akhirnya menakdirkan aku bertemu dengan beliau di negeri bernama Kirman. Saat aku pertama berjumpa, kuucapkan salam kepadanya lalu aku mencium (kepala atau pundaknya). Kemudian aku duduk bersimpuh di hadapan beliau. Tidak lama kemudian, beliau bertanya padaku:

“Apa yang membuatmu datang ke negeri ini?”
Aku menjawab: “Engkaulah yang menjadi maksudku, tuanlah sandaranku setelah Allah Ta’ala. Aku telah menulis hadits-hadists yang engkau riwayatkan dengan penaku, namun aku tetap berusaha menemui tuan dengan kedua kakiku agar aku bisa mendapatkan keberkahan nafas-nafas tuan dan mendapat sanad tuan yang lebih tinggi.”
Beliau kemudian berkata: “Semoga Allah memberikan taufiq dan keridhoan kepadaku dan kepadamu. Semoga Ia menjadikan segala upaya kita adalah karena-Nya. Semoga Ia menjadikan tujuan kita hanyalah pada-Nya. Duhai, seandainya saja engkau mengetahui aku dengan sebenar-benarnya, niscaya engkau tidak akan mau mengucapkan salam padaku. Niscaya engkau tidak akan sudi duduk di hadapanku…”

Beliau kemudian menangis. Lama sekali. Hingga membuat semua yang hadir pun turut menangis. Lalu beliau melanjutkan ucapannya, “Ya Allah! Tutupilah aib-aib kami dengan perlindungan-Mu Yang Mahaindah, dan jadikanlah apa yang ada di bawah perlindungan-Mu itu sesuatu yang Engkau ridhai untuk kami…”.

Itulah yang dikatakan oleh sang ‘alim pengembara dunia itu. Lalu apakah gerangan yang patut kita ucapkan dengan segala kelalaian kita? Katakanlah kepada siapapun yang mencoba mengagumi dan memuji kita: “Saudaraku, andai engkau tahu siapa aku sebenarnya…”. Lalu tangisilah diri sendiri.

Demikianlah salah satu nilai penting yang diwariskan generasi salaf kepada kita. Kesadaran dan kepekaan terhadap diri sendiri. Jangan pernah menjadi ‘ujub dan kagum pada diri sendiri. Intinya, tahu dirilah!